Minggu, 04 Mei 2014

Sistem Integumen

MAKALAH KMB III SISTEM INTEGUMEN
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Pruritus

DISUSUN
O
L
E
H

Bumbun kiting






KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,  karena atas berkat dan rahmat – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Pruritus.

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan didalam pembuatan makalah ini. Namun berkat adanya bimbingan dan arahan serta bantuan dari berbagi pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1
2
3
4
5
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk menunjang kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Jakarta, Maret 2012

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR         .........................................................................           2
DAFTAR ISI                         .........................................................................           3
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang            ………………………………………………..          4
B.     Tujuan Penulisan         ………………………………………………..          4
C.     Ruang Lingkup           ………………………………………………..          5
D.    Metode Penulisan       ………………………………………………..          5
E.     Sistematika Penulisan ………………………………………………..          5
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A.    Pengertian                   ...........................................................................         6
B.     Klasifikasi                   ...........................................................................         6
C.     Etiologi                       ...........................................................................         7
D.    Manifestasi Klinis       ………………………………………………...         8
E.     Patofisiologi                ...........................................................................         9
F.      Komplikasi                  ...........................................................................         12
G.    Penatalaksanaan          …………………………………………...........         12
H.    Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian                         ................................................................        13
2.      Diagnosa Keperawatan     ................................................................        14
3.      Perencanaan Keperawatan………………………………………....        14
BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan                 ............................................................................        18
B.     Saran                           ............................................................................        18
DAFTAR PUSTAKA          ............................................................................        19

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Pruritus (gatal – gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya ditemukan dalam kulit, membran mukosa dan kornea (Brunner & Suddarth, 2001 : 1854).

Pruritus adalah iritasi kulit yang hebat merupakan ciri khas pada beberapa tipe ikterus, kelainan alergi dan keganasan (Hinchliff, 1998).

Pruritus ialah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk (Djuandha, Adhi, 1993 : 268).

Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik untuk menulis makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Pruritus.

B.       Tujuan Penulisan
1.    Tujuan umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB III Sistem Integumen.
2.    Tujuan khusus
a.       Agar mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian pada klien dengan pruritus.
b.      Agar mahasiswa/i mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan pruritus.
c.       Agar mahasiswa/i mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan pruritus.
d.      Agar mahasiswa/i mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan pruritus.
e.       Agar mahasiswa/i dapat melakukan evaluasi pada klien dengan pruritus.
C.       Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam makalah ini yaitu pembahasan tentang sistem integumen.

D.       Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah metode kepustakaan yaitu dengan cara study kepustakaan dan referensi yang ada serta pencarian informasi melalui situs internet untuk penyusunan makalah ini.
E.       Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah BAB I PENDAHULUAN (Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan), BAB II TINJAUAN TEORITIS (Pengertian, Klasifikasi, Etiologi, Manifestasi Klinis, Patofisiologi, Komplikasi, Penatalaksanaan, Asuhan Keperawatan : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan), BAB III PENUTUP (Kesimpulan dan Saran).












BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengertian
Pruritus (gatal – gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya ditemukan dalam kulit, membran mukosa dan kornea (Brunner & Suddarth, 2001 : 1854).

Pruritus adalah iritasi kulit yang hebat merupakan ciri khas pada beberapa tipe ikterus, kelainan alergi dan keganasan (Hinchliff, 1998).

Pruritus ialah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk (Djuandha, Adhi, 1993 : 268).

B.     Klasifikasi
1.      Pruritoceptive itch : akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya, inflamasi, kering, dan kerusakan kulit.
2.      Neuropathic itch : akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral. Misalnya, pada herpes dan tumor.
3.      Neurogenic itch : tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik (ginjal kronis, jaundice).
4.      Psikogenic itch : akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia.




C.    Etiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum, penyebab pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:
1.      Pruritus lokal
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu ditubuh. Penyebabnya beragam, beberapa penyebab pruritus lokal :
Kulit kepala      : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut.
Punggung          : Notalgia paraesthetica.
Lengan             : Brachioradial pruritus.
Tangan             : Dermatitis tangan.

2.      Gangguan sistemik
Beberapa gangguan sistemik penyebab pruritus, yaitu :
a)      Gangguan ginjal seperti gagal ginjal kronik.
b)      Gangguan hati seperti Obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
c)      Endokrin/metabolik seperti diabetes, hipertiroidisme, hipoparatiroidisme, dan myxoedema.
d)     Gangguan pada darah defisiensi seng (anemia), polycythaemia, leukimia limfatik, dan hodgkin's disease.

3.      Gangguan pada kulit
Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat beragam. Beberapa diantaranya, yaitu dermatitis kontak, kulit kering, prurigo nodularis, urtikaria, psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn.

4.      Pajanan terhadap faktor tertentu
Pajanan kulit terhadap beberapa faktor, baik berasal dari luar maupun dalam dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah allergen atau bentuk iritan lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan obat-obatan tertentu (topikal maupun sistemik; contoh: opioid, aspirin).



5.      Hormonal
2% dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan dermatologik. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan terkadang terdapat hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga kehamilan, dimulai pada abdomen atau badan, kemudian menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai dengan anoreksi, nausea, dan muntah. Pruritus akan menghilang setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah penderita mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat garam empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi menopause. Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus. Kelainan kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid nodularis, atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia berespon baik terhadap pengobatan emollient.

D.    Manifestasi Klinis
Manifestasi  klinik  pruritus  adalah  tanda – tanda garukan  dan  ekskoriasi. Pada garukan akut dapat timbul urtikaria, sedangkan garukan akut dapat timbul urtika, sedangkan pada garukan kronik dapat timbul perdarahan kutan dan likenifikasi. Garukan dengan kuku menyebabkan ekskoriasi linear pada kulit dan laserasi pada kukunya sendiri. Keringanan perasaan gatal dengan garukan hanya akan ada, bila kausa pruritus tidak terletak di alat sentral.






E.     Patofisiologi
Prutitus  merupakan  sistem kutan  yang  memprovokasi  keinginan  untuk menggaruk dan merupakan gejala yang mendasari banyak gangguan. Merupakan modifikasi  rasa  nyeri  tapi  kurang  dapat  ditolerir.  Hanya  terjadi  pada  kulit, jaringan mukosa tertentu dan mata. Daerah yang paling sering sensitif terhadap gatal ialah lubang hidung, hubungan mukokutaneus, telinga luar, perineum.

Salah satu penyebab pruritus adalah kulit kering, kadang – kadang akibat mandi yang berlebihan, terutama terlalu banyak busa, yang pengaruhnya bisa menimbulkan kekeringan.

Penyebab umum dari gatal adalah kulit kering, yang mengiritasi kulit : plastik kaca fiber, wol, produk tanaman, serangga, reaksi obat ireaksi psikogenis, penyakit  kulit  :  inflamasi,  dermatitis,  penyakit  infeksi,  penyakit  sistemik : penyakit  kandung  empedu  obstruktif,  uremi,  diabetes  melitus,  neoplasia  : penyakit hodgin, leukemia, limfoma.

Faktor yang menambah intensitas gatal adalah vasodilatasi, anoksia jaringan dan sirkulasi statis. Pruritus memicu respon motoris untuk menggaruk. Orang dengan gatal intensif dapat mengupas kulit tergali sampai ke dalam kulit dengan kuku untuk mengurangi rasa gatal. Orang dengan gatal yang menyeluruh akan tampak dengan gerakan yang konstan menekuk – nekukan anggota badan, menggosok – gosok dan menggaruk – garuk.

Seperti rasa sakit,rasa gatal timbul akibat aktivitas ujung – ujung saraf sensorik diperbatasan dermis dan epidermis. Menurut Bickfoard ada dua jenis respon terhadap stimulus rasa gatal.
1.      Rasa gatal setempat (spontanius itch) yaitu rasa gatal yang timbul sesudah stimulus dan masa laten,rasa gatal ini cepat hilang.
2.      Rasa gatal difus (itchy skin) yaitu asa   gatal   timbul   sesudah   stimulus,berikutnya   dan   meluas kesekitarnya (Long, B.C, 1996 : 612).


Pathways
Rounded Rectangle: Kulit terjadi ekskeriasi linier, adanya papula – papula dan vesikel
 








                                                                                                                                                 
Rounded Rectangle: Timbul rasa gatal (pruntus)
 








                                                                                                                                        
Rounded Rectangle: Kerusakan perlindungan kulit                                                                                                                                                                                          
Rounded Rectangle: Kerusakan garukan dengan kuku
 


                                                                                                                                                        
Oval: Nyeri akut
Rounded Rectangle: Penurunan imunitas terhadap mikroorganisme
 

                                                                                                                                                                                          
Oval: HDR
 

Oval: Resti infeksi                                                                                                                                                                                          
(Doenges, M.E, dkk, 1999 : 804-823, Price, SA dan Wilson, LM, 1991 : 498-500),
Corwin Elizabeth J, 2000 : 59)


F.     Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.

G.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita, yaitu:
1.      Pengobatan topikal: losion calamine, losion menthol/camphor, pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering, kortikosteroid topikal sedang untuk periode waktu yang pendek, antihistamin topikal sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi kulit dan menimbulkan alergi dermatitis kontak.

2.      Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup parah dan menyebabkan tidur terganggu:
a)      Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
b)      Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
c)      Antihistamin: antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki antipruritus. Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek penenangnya tersebut.
d)     Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis pruritus kronik.

H.    Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a)      Keluhan utama
Biasanya klien datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan keluhan gatal pada kulitnya, intensitas gatal lebih sering terasa pada malam hari.

b)      Riwayat penyakit sekarang
Faktor pencetus timbulnya pruritus dapat disebabkan oleh adanya kelainan sistemik internal seperti diabetes melitus, kelainan darah atau kanker, penggunaan preperat oral seperti aspirin, terapi antibiotik, hormon. Adanya alergi, baru saja minum obat yang baru, pergantian kosmetik dapat menjadi faktor pencetus adanya pruritus. Tanda–tandainfeksi dan bukti lingkungan seperti udara yang panas, kering, atau seprei/selimut yang menyebabkan iritasi, harus dikenal.Pruritus dapat terjadi pada orang yang berusia lanjut sebagai akibat dari kulit yang kering.

c)      Riwayat penyakit dahulu
Pruritus merupakan penyakit yang hilang/timbul, sehingga pada riwayat penyakit dahulu sebagian besar klien pernah menderita penyakit yang sama dengan kondisi yang dirasa sekarang.

d)     Riwayat penyakit keluarga
Diduga faktor genetik tidak mempengaruhi timbulnya pruritus. Kecuali dalam keluarga ada kelainan sistemik internal yang bersifat herediter mungkin juga mengalami pruritus.

e)      Riwayat psikososial
Rasa gatal dapat pula disebabkan oleh faktor psikologik seperti stress yang berlebihan dalam keluarga atau lingkungan kerja. Pruritus menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit. Rasa gatal yang hebat akan menganggu penampilan pasien.


2.      Diagnosa Keperawatan
a)      Nyeri (akut) b/d kerusakan jaringan kulit.
b)      Kerusakan integritas kulit b/d adanya lesi, erosi.
c)      Gangguan citra tubuh b/d adanya kerusakan integritas kulit.
d)     Resiko terhadap infeksi b/d adanya lesi.

3.      Perencanaan Keperawatan
a)      Dx. 1 : Nyeri (akut) b/d kerusakan jaringan kulit.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam, diharapkan masalah nyeri (akut) dapat teratasi.

KH :
·         Skala nyeri k/ 0 – 1
·         Nyeri k/ berkurang atau hilang
·         K/ dapat melakukan tindakan relaksasi atau distraksi.

Intervensi
Mandiri :
1)      Kaji keluhan nyeri, perhatikan karkteristik, lokasi dan intensitas (skala 0 – 10).
R/ : Mengevaluasi nyeri k/.
2)      Berikan k/ lingkungan yang tenang dan nyaman.
R/ : Meningkatkan kenyamanan.
3)      Anjurkan k/ untuk melakukan tindakan relakasi seperti latihan tarik napas dalam.
R/ : Mengurangi rasa nyeri.
4)      Anjurkan k/ untuk melakukan tindakan distraksi seperti membayangkan hal – hal yang menyenangkan.
R/ : Mengalihkan rasa nyeri k/.
Kolaborasi :
5)      Berikan terapi obat analgesik sesuai anjuran dokter.
R/ : Analgesik dapat mengurangi nyeri.
b)      Dx. 2 : Kerusakan integritas kulit b/d adanya lesi, erosi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan masalah kerusakan integritas kulit dapat teratasi.

KH :
·         Lesi pulih
·         Integritas kulit kembali normal
·         Kulit bersih dan bebas dari lesi dan erosi.

Intervensi
Mandiri :
1)      Kaji tentang lesi, bentuk, ukuran, dan jenis lesi.
R/ : Evaluasi keadaan kulit.
2)      Anjurkan k/ untuk banyak istirahat.
R/ : Mengurangi terjadinya infeksi lebih lanjut.
3)      Pertahankan kebersihan dan kekeringan kulit.
R/ : Mempertahankan integritas kulit.
4)      Lakukan perawatan kulit setiap hari.
R/ : Mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut.
Kolaborasi :
5)      Berikan terapi obat salepantibiotik.
R/ : Mencegah terjadinya infeksi luas.







c)      Dx. 3 : Gangguan citra tubuh b/d adanya kerusakan integritas kulit.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam, diharapkan masalah gangguan citra tubuh dengan HDR dapat teratasi.

KH :
·         Meningkatkan citra tubuh.
·         Mengungkapkan perasaan dan masalah yang dialami k/.
·         Secara aktif ikut serta dalam perawatan dirinya.
·         Menggunakan keterampilan koping yang positif dalam mengatasi citra tubuh.

Intervensi
Mandiri :
1)      Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya.
R/ : Mengetahui perasaan k/ terhadap masalah yang dihadapi.
2)      Beri lingkungan yang mendukung.
R/ : Meningkatkan kenyamanan k/.
3)      Bantu k/ untuk mengidentifikasi gaya koping yang positif.
R/ : Menentukan rencana keperawatan yang tepat bagi k/.
4)      Beri harapan yang realistik dan buat sasaran jangka pendek untuk memudahkan pencapaian.
R/ : Menentukan rencana keperawatan yang akan dilakukan.
5)      Beri penghargaan untuk tugas yang dilakukan.
R/ : Meningatkan kepercayaan diri k/.
6)      Beri dorongan untuk melakukan komunikasi dengan orang terdekat dan memerlukan sosialisasi dengan keluarga serta teman.
R/ : Meningkatkan ventilasi perasaan.
7)      Beri dorongan untuk merawat diri sesuai toleransi.
R/ : Meningkatkan kemampuan perawatan diri secara mandiri.


d)      Dx. 4 : Resiko terhadap infeksi b/d adanya lesi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam, diharapkan masalah resiko tinggi infeksi dapat teratasi.

KH :
·         Infeksi tidak berlanjut meluas.
·         Mencapai masa penyembuhan tepat waktu.

Intervensi
Mandiri :
1)      Jelaskan tentang penyakit k/.
R/ : Memberikan informasi yang dibutuhkan k/.
2)      Pertahankan teknik aseptik dan tehnik cuci tangan yang tepat bagi pasien, pengunjung, maupun staff.
R/ : Menurunkan resiko k/ terkena infeksi sekunder.
3)      Anjurkan k/ dan keluarga untuk memisahkan barang – barang yang dipakai oleh k/.
R/ : Mencegah terjadinya penularan penyakit.
4)      Isolasikan k/.
R/ : Mengurangi terjadinya infeksi kepada orang lain.








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pruritus (gatal – gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya ditemukan dalam kulit, membran mukosa dan kornea (Brunner & Suddarth, 2001 : 1854).

Pruritus adalah iritasi kulit yang hebat merupakan ciri khas pada beberapa tipe ikterus, kelainan alergi dan keganasan (Hinchliff, 1998).

Pruritus ialah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk (Djuandha, Adhi, 1993 : 268).

Diagnosa yang muncul pada klien dengan pruritus adalah, sebagai berikut : nyeri (akut) b/d kerusakan jaringan kulit, kerusakan integritas kulit b/d adanya lesi, erosi, gangguan citra tubuh b/d adanya kerusakan integritas kulit dan resiko terhadap infeksi b/d adanya lesi.

B.     Saran
Setelah mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan pruritus diharapkan mahasiswa/i dapat mengerti dan memahami dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan tersebut. Saran dari penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun dalam penyempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Corwin, ElizabethJ. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Djuanda, Adi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI.
Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta : EGC.
Lutfia, Dwi Rahayu. 2007. Buku Ajar Keperawatan Klien Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia A. 1991. Patofisiologi : Konsep Klinik Proses – ProsesPenyakit. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.