MAKALAH KMB III SISTEM INTEGUMEN
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Pruritus
DISUSUN
O
L
E
H
Bumbun kiting
KATA PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Pruritus”.
Dalam
penyusunan makalah ini, tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan dan
kesulitan didalam pembuatan makalah ini. Namun berkat adanya bimbingan dan
arahan serta bantuan dari berbagi pihak akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1
2
3
4
5
Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini sangat jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk menunjang
kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.
Akhir
kata, penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan.
Jakarta,
Maret 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………….. 4
B. Tujuan Penulisan ……………………………………………….. 4
C. Ruang Lingkup ……………………………………………….. 5
D. Metode Penulisan ……………………………………………….. 5
E. Sistematika Penulisan ……………………………………………….. 5
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian ........................................................................... 6
B. Klasifikasi ........................................................................... 6
C. Etiologi ........................................................................... 7
D. Manifestasi Klinis ………………………………………………... 8
E. Patofisiologi ........................................................................... 9
F. Komplikasi ........................................................................... 12
G. Penatalaksanaan …………………………………………........... 12
H. Asuhan
Keperawatan
1. Pengkajian ................................................................ 13
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 14
3. Perencanaan Keperawatan……………………………………….... 14
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 18
B. Saran ............................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pruritus (gatal – gatal) merupakan
salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada gangguan
dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas
kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal tidak
bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya ditemukan
dalam kulit, membran mukosa dan kornea (Brunner & Suddarth, 2001 : 1854).
Pruritus adalah iritasi kulit yang
hebat merupakan ciri khas pada beberapa tipe ikterus, kelainan alergi dan
keganasan (Hinchliff, 1998).
Pruritus ialah sensasi kulit yang
iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk (Djuandha, Adhi, 1993 :
268).
Berdasarkan hal diatas maka penulis
tertarik untuk menulis makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Pruritus”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan
umum
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB III
Sistem Integumen.
2. Tujuan
khusus
a. Agar
mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian pada klien dengan pruritus.
b. Agar mahasiswa/i mampu menentukan
diagnosa keperawatan pada klien dengan pruritus.
c. Agar mahasiswa/i mampu merencanakan tindakan keperawatan
pada klien dengan pruritus.
d. Agar mahasiswa/i mampu melaksanakan tindakan keperawatan
pada klien dengan pruritus.
e. Agar mahasiswa/i dapat melakukan evaluasi pada klien dengan pruritus.
C.
Ruang
Lingkup
Adapun
ruang lingkup dalam makalah ini yaitu pembahasan tentang sistem integumen.
D. Metode Penulisan
Metode
yang digunakan adalah metode kepustakaan yaitu dengan cara study kepustakaan
dan referensi yang ada serta pencarian informasi melalui situs internet untuk
penyusunan makalah ini.
E.
Sistematika
Penulisan
Sistematika
penulisan makalah ini adalah BAB I PENDAHULUAN (Latar Belakang, Tujuan
Penulisan, Ruang Lingkup, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan), BAB II
TINJAUAN TEORITIS (Pengertian, Klasifikasi, Etiologi, Manifestasi Klinis,
Patofisiologi, Komplikasi, Penatalaksanaan, Asuhan Keperawatan : Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan), BAB III PENUTUP (Kesimpulan dan
Saran).
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Pengertian
Pruritus
(gatal – gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan
perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor
rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate)
yang hanya ditemukan dalam kulit, membran mukosa dan kornea (Brunner &
Suddarth, 2001 : 1854).
Pruritus
adalah iritasi kulit yang hebat merupakan ciri khas pada beberapa tipe ikterus,
kelainan alergi dan keganasan (Hinchliff, 1998).
Pruritus
ialah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk
(Djuandha, Adhi, 1993 : 268).
B. Klasifikasi
1. Pruritoceptive itch : akibat gangguan yang berasal
dari kulit. Misalnya, inflamasi, kering, dan kerusakan kulit.
2. Neuropathic itch : akibat gangguan pada jalur aferen
saraf perifer atau sentral. Misalnya, pada herpes dan tumor.
3.
Neurogenic itch : tidak
ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat transmitter yang
merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik (ginjal kronis,
jaundice).
4. Psikogenic itch : akibat gangguan psikologi. Misalnya,
parasitophobia.
C.
Etiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh
berbagai macam gangguan. Secara umum, penyebab pruritus dapat diklasifikasikan
menjadi lima golongan, yaitu:
1. Pruritus
lokal
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area
tertentu ditubuh. Penyebabnya beragam, beberapa penyebab pruritus lokal :
Kulit kepala :
Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut.
Punggung
: Notalgia paraesthetica.
Lengan
: Brachioradial pruritus.
Tangan
: Dermatitis tangan.
2.
Gangguan sistemik
Beberapa gangguan sistemik penyebab pruritus, yaitu :
a) Gangguan ginjal seperti gagal
ginjal kronik.
b) Gangguan hati seperti
Obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
c) Endokrin/metabolik seperti
diabetes, hipertiroidisme, hipoparatiroidisme, dan myxoedema.
d) Gangguan pada darah defisiensi
seng (anemia), polycythaemia, leukimia limfatik, dan hodgkin's disease.
3. Gangguan
pada kulit
Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit
sangat beragam. Beberapa diantaranya, yaitu dermatitis kontak, kulit kering,
prurigo nodularis, urtikaria, psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu,
scabies, miliaria, dan sunburn.
4.
Pajanan terhadap faktor
tertentu
Pajanan kulit terhadap beberapa faktor, baik berasal
dari luar maupun dalam dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah
allergen atau bentuk iritan lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic pruritus,
serangga, dan obat-obatan tertentu (topikal maupun sistemik; contoh:
opioid, aspirin).
5.
Hormonal
2% dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya
gangguan dermatologik. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan
terkadang terdapat hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada
trimester ketiga kehamilan, dimulai pada abdomen atau badan, kemudian menjadi
generalisata. Ada kalanya pruritus disertai dengan anoreksi, nausea, dan
muntah. Pruritus akan menghilang setelah penderita melahirkan. Ikterus
kolestasis timbul setelah penderita mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan
pruritus disebabkan oleh karena terdapat garam empedu di dalam kulit. Selain
itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi menopause. Setidaknya 50% orang
berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus. Kelainan kulit yang menyebabkan
pruritus, seperti scabies, pemphigoid nodularis, atau eczema grade rendah perlu
dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti kolestasis ataupun gagal
ginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab pruritus pada
lansia adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia berespon
baik terhadap pengobatan emollient.
D.
Manifestasi
Klinis
Manifestasi klinik
pruritus adalah tanda – tanda garukan dan
ekskoriasi. Pada garukan akut dapat timbul urtikaria, sedangkan garukan
akut dapat timbul urtika, sedangkan pada garukan kronik dapat timbul perdarahan
kutan dan likenifikasi. Garukan dengan kuku menyebabkan ekskoriasi linear pada
kulit dan laserasi pada kukunya sendiri. Keringanan perasaan gatal dengan
garukan hanya akan ada, bila kausa pruritus tidak terletak di alat sentral.
E.
Patofisiologi
Prutitus merupakan
sistem kutan yang memprovokasi
keinginan untuk menggaruk dan
merupakan gejala yang mendasari banyak gangguan. Merupakan modifikasi rasa
nyeri tapi kurang
dapat ditolerir. Hanya
terjadi pada kulit, jaringan mukosa tertentu dan mata.
Daerah yang paling sering sensitif terhadap gatal ialah lubang hidung, hubungan
mukokutaneus, telinga luar, perineum.
Salah
satu penyebab pruritus adalah kulit kering, kadang – kadang akibat mandi yang
berlebihan, terutama terlalu banyak busa, yang pengaruhnya bisa menimbulkan
kekeringan.
Penyebab
umum dari gatal adalah kulit kering, yang mengiritasi kulit : plastik kaca
fiber, wol, produk tanaman, serangga, reaksi obat ireaksi psikogenis,
penyakit kulit :
inflamasi, dermatitis, penyakit
infeksi, penyakit sistemik : penyakit kandung
empedu obstruktif, uremi,
diabetes melitus, neoplasia
: penyakit hodgin, leukemia, limfoma.
Faktor
yang menambah intensitas gatal adalah vasodilatasi, anoksia jaringan dan sirkulasi
statis. Pruritus memicu respon motoris untuk menggaruk. Orang dengan gatal
intensif dapat mengupas kulit tergali sampai ke dalam kulit dengan kuku untuk
mengurangi rasa gatal. Orang dengan gatal yang menyeluruh akan tampak dengan
gerakan yang konstan menekuk – nekukan anggota badan, menggosok – gosok dan
menggaruk – garuk.
Seperti
rasa sakit,rasa gatal timbul akibat aktivitas ujung – ujung saraf sensorik
diperbatasan dermis dan epidermis. Menurut Bickfoard ada dua jenis respon
terhadap stimulus rasa gatal.
1.
Rasa gatal setempat (spontanius itch) yaitu
rasa gatal yang timbul sesudah stimulus dan masa laten,rasa gatal ini cepat
hilang.
2. Rasa
gatal difus (itchy skin) yaitu asa
gatal timbul sesudah
stimulus,berikutnya dan meluas kesekitarnya (Long, B.C, 1996 : 612).
Pathways
(Doenges,
M.E, dkk, 1999 : 804-823, Price, SA dan Wilson, LM, 1991 : 498-500),
Corwin
Elizabeth J, 2000 : 59)
F.
Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau
bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo,
ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan
anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
G.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pruritus
sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri. Sementara pemeriksaan
untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa cara untuk
mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita, yaitu:
1. Pengobatan
topikal:
losion
calamine, losion menthol/camphor, pemakaian emmolient yang teratur, terutama
jika kulit kering, kortikosteroid topikal sedang untuk periode waktu yang
pendek, antihistamin topikal sebaiknya tidak digunakan karena dapat
mensensitisasi kulit dan menimbulkan alergi dermatitis kontak.
2. Pengobatan dengan medikasi
oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup parah dan menyebabkan tidur
terganggu:
a) Aspirin: efektif pada pruritus
yang disebabkan oleh mediator kinin atau prostaglandin, tapi dapat memperburuk
rasa gatal pada beberapa pasien.
b) Doxepin atau amitriptyline:
antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang efektif. Antidepresan
tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
c) Antihistamin: antihistamin
yang tidak mengandung penenang memiliki antipruritus. Antihistamin penenang
dapat digunakan karena efek penenangnya tersebut.
d) Thalidomide terbukti ampuh
mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis pruritus kronik.
H.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Keluhan utama
Biasanya klien datang ke tempat pelayanan kesehatan
dengan keluhan gatal pada kulitnya, intensitas gatal lebih sering terasa pada
malam hari.
b) Riwayat penyakit sekarang
Faktor pencetus timbulnya
pruritus dapat disebabkan oleh adanya kelainan sistemik internal seperti
diabetes melitus, kelainan darah atau kanker, penggunaan preperat oral seperti
aspirin, terapi antibiotik, hormon. Adanya alergi, baru
saja minum obat yang baru, pergantian kosmetik dapat menjadi faktor pencetus adanya pruritus. Tanda–tandainfeksi dan
bukti lingkungan seperti udara yang panas, kering, atau seprei/selimut yang
menyebabkan iritasi, harus dikenal.Pruritus dapat terjadi pada orang yang
berusia lanjut sebagai akibat dari kulit yang kering.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pruritus merupakan penyakit yang hilang/timbul,
sehingga pada riwayat penyakit dahulu sebagian besar klien pernah menderita
penyakit yang sama dengan kondisi yang dirasa sekarang.
d) Riwayat penyakit keluarga
Diduga faktor genetik tidak mempengaruhi timbulnya pruritus. Kecuali dalam
keluarga ada kelainan sistemik internal yang bersifat herediter mungkin juga mengalami
pruritus.
e) Riwayat psikososial
Rasa gatal dapat pula disebabkan oleh faktor psikologik seperti stress yang berlebihan dalam
keluarga atau lingkungan kerja. Pruritus menimbulkan
gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit. Rasa gatal yang hebat akan
menganggu penampilan pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri
(akut) b/d kerusakan jaringan kulit.
b) Kerusakan integritas kulit b/d
adanya lesi, erosi.
c) Gangguan citra tubuh b/d
adanya kerusakan integritas kulit.
d) Resiko terhadap infeksi b/d
adanya lesi.
3. Perencanaan
Keperawatan
a) Dx. 1 : Nyeri (akut) b/d kerusakan
jaringan kulit.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam, diharapkan masalah nyeri
(akut) dapat teratasi.
KH :
·
Skala
nyeri k/ 0 – 1
·
Nyeri k/ berkurang atau hilang
·
K/ dapat melakukan tindakan relaksasi
atau distraksi.
Intervensi
Mandiri :
1)
Kaji keluhan nyeri, perhatikan karkteristik,
lokasi dan intensitas (skala 0 – 10).
R/ : Mengevaluasi nyeri
k/.
2)
Berikan k/ lingkungan yang tenang dan
nyaman.
R/ : Meningkatkan
kenyamanan.
3)
Anjurkan k/ untuk melakukan tindakan
relakasi seperti latihan tarik napas dalam.
R/ : Mengurangi rasa
nyeri.
4)
Anjurkan k/ untuk melakukan tindakan
distraksi seperti membayangkan hal – hal yang menyenangkan.
R/ : Mengalihkan rasa
nyeri k/.
Kolaborasi :
5)
Berikan terapi obat analgesik sesuai
anjuran dokter.
R/ : Analgesik dapat
mengurangi nyeri.
b) Dx. 2 : Kerusakan integritas kulit b/d adanya lesi, erosi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam
diharapkan masalah kerusakan integritas kulit dapat teratasi.
KH :
·
Lesi
pulih
·
Integritas
kulit kembali normal
·
Kulit
bersih dan bebas dari lesi dan erosi.
Intervensi
Mandiri :
1)
Kaji
tentang lesi, bentuk, ukuran, dan jenis lesi.
R/ : Evaluasi keadaan kulit.
2)
Anjurkan
k/ untuk banyak istirahat.
R/ : Mengurangi terjadinya infeksi lebih lanjut.
3)
Pertahankan
kebersihan dan kekeringan kulit.
R/ : Mempertahankan integritas kulit.
4)
Lakukan
perawatan kulit setiap hari.
R/ : Mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut.
Kolaborasi :
5)
Berikan
terapi obat salepantibiotik.
R/ : Mencegah terjadinya infeksi luas.
c) Dx.
3 : Gangguan citra tubuh b/d adanya kerusakan integritas kulit.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam, diharapkan masalah gangguan
citra tubuh dengan HDR dapat teratasi.
KH :
·
Meningkatkan citra tubuh.
·
Mengungkapkan perasaan dan masalah yang
dialami k/.
·
Secara aktif ikut serta dalam perawatan
dirinya.
·
Menggunakan keterampilan koping yang
positif dalam mengatasi citra tubuh.
Intervensi
Mandiri :
1)
Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan
dan masalahnya.
R/ : Mengetahui
perasaan k/ terhadap masalah yang dihadapi.
2)
Beri lingkungan yang mendukung.
R/ : Meningkatkan
kenyamanan k/.
3)
Bantu k/ untuk mengidentifikasi gaya
koping yang positif.
R/ : Menentukan rencana
keperawatan yang tepat bagi k/.
4)
Beri harapan yang realistik dan buat
sasaran jangka pendek untuk memudahkan pencapaian.
R/ : Menentukan rencana
keperawatan yang akan dilakukan.
5)
Beri penghargaan untuk tugas yang
dilakukan.
R/ : Meningatkan
kepercayaan diri k/.
6)
Beri dorongan untuk melakukan komunikasi
dengan orang terdekat dan memerlukan sosialisasi dengan keluarga serta teman.
R/ : Meningkatkan
ventilasi perasaan.
7)
Beri dorongan untuk merawat diri sesuai
toleransi.
R/ : Meningkatkan
kemampuan perawatan diri secara mandiri.
d) Dx. 4 : Resiko
terhadap infeksi b/d adanya lesi.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam, diharapkan masalah
resiko tinggi infeksi dapat teratasi.
KH
:
·
Infeksi tidak berlanjut meluas.
·
Mencapai masa penyembuhan tepat waktu.
Intervensi
Mandiri :
1)
Jelaskan
tentang penyakit k/.
R/ : Memberikan informasi yang dibutuhkan k/.
2)
Pertahankan teknik aseptik dan tehnik
cuci tangan yang tepat bagi pasien, pengunjung, maupun staff.
R/ : Menurunkan resiko
k/ terkena infeksi sekunder.
3)
Anjurkan k/ dan keluarga untuk memisahkan barang –
barang yang dipakai oleh k/.
R/ : Mencegah terjadinya penularan penyakit.
4)
Isolasikan k/.
R/ : Mengurangi terjadinya infeksi kepada orang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pruritus
(gatal – gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan
perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor
rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate)
yang hanya ditemukan dalam kulit, membran mukosa dan kornea (Brunner &
Suddarth, 2001 : 1854).
Pruritus
adalah iritasi kulit yang hebat merupakan ciri khas pada beberapa tipe ikterus,
kelainan alergi dan keganasan (Hinchliff, 1998).
Pruritus
ialah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk (Djuandha,
Adhi, 1993 : 268).
Diagnosa
yang muncul pada klien dengan pruritus adalah, sebagai berikut : nyeri (akut) b/d kerusakan jaringan
kulit, kerusakan integritas kulit b/d
adanya lesi, erosi, gangguan citra tubuh b/d adanya kerusakan integritas kulit dan
resiko terhadap infeksi b/d adanya lesi.
B.
Saran
Setelah
mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan pruritus diharapkan mahasiswa/i
dapat mengerti dan memahami dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan
tersebut. Saran dari penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah
ini kurang dari sempurna untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritiknya
yang bersifat membangun dalam penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, ElizabethJ. 2000. Buku Saku Patofisiologi.
Jakarta : EGC.
Djuanda, Adi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta : FKUI.
Doenges,
Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus
Keperawatan Edisi 17. Jakarta : EGC.
Lutfia, Dwi Rahayu. 2007. Buku Ajar Keperawatan Klien
Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia A. 1991. Patofisiologi : Konsep Klinik
Proses – ProsesPenyakit. Jakarta : EGC.
Smeltzer,
Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC.