Jumat, 02 Oktober 2015

Contoh Surat Lamaran Kerja Di Bank

Kepada YTH. HRD BANK CENTRAL ASIA Jakarta Jl. Fatmawati No. 201 Jakarta Up. Bag. SDM Dengan Hormat, Sehubungan dengan adanya informasi lowongan kerja di Bank BCA Cabang Fatmawati untuk bagian Customer Service, maka dengan ini saya : Nama Lengkap                  : Khairunnisa Azizah Tempat/Tanggal Lahir         : Jakarta, 12 April 1987 Alamat                               : Jl. Wahyu II No. 10 J, Gandaria Selatan – Jakarta Selatan No Telp/Email                    : 0865438976 / nisakhairun@gmail.com Status                                : Belum Menikah Pendidikan Terakhir           : S1- STEKPI Jurusan Manajemen Bisnis IPK Terakhir                     : 3.7 mengajukan diri untuk melamar posisi tersebut. Sebagai bahan pertimbangan, saya lampirkan : 1. Curriculum Vitae. 2. Foto copy ijazah S1- dan transkip nilai. 3. Foto copy Kartu tanda penduduk yang masih berlaku. 4. Pas photo berwarna terbaru. Demikianlah surat lamaran yang saya buat, besar harapan saya untuk bisa bergabung di perusahaan yang bapak/ ibu pimpin, saya akan melakukan yang terbaik untuk PT Bank BCA. Atas perhatian dan kebijaksanaan saya sampaikan terima kasih. Jakarta, 17 Agustus 2015 Hormat Saya, isikan materai & tandan tangan anda disini Khairunnisa Azizah Contoh Surat Lamaran Kerja di Bank 2 Kepada Yth, PT. BANK RAKYAT INDONESIA Cabang Fatmawti Jalan Fatmawati No. 52 Jakarta Up. HRD Manager Lampiran : 4 (Empat) Lembar Hal : Surat Lamaran Pekerjaan Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama                           : Ucok Sarucok Jenis kelamin                : Laki-laki Pendidikan terakhir       : S-1 Manajemen, Institut Pertanian Bogor Alamat                         : Jl. H. Nawi Dalam III, No. 36, Gandaria Selatan Agama                         : Islam Sehubungan dengan informasi yang saya baca di berita harian Kompas terkait dengan dibukanya lowongan pekerjaan di PT. BANK RAKYAT INDONESIA cabang Fatmawati untuk ditempatkan dibagian TELLER, maka dengan ini saya bermaksud untuk mengajukan surat lamaran kerja guna dapat menempati posisi tersebut. Bersama dengan surat ini, berikut saya lampirkan beberapa foto copy dokumen administratif: Foto copy Ijazah  (terligalisir) : 1 (Satu) lembar Foto copy nilai akademis (terligalisir) : 1 (Satu) lembar Foto copy daftar riwayat hidup : 1 (Satu) lembar Fotocopy surat pengalaman kerja (jika ada) : 1 (Satu) lembar Pas foto 4 x6 : 4 (empat) buah foto Demikian surat lamaran kerja ini saya buat berdasarkan kondisi saya yang sebenarnya. Apabila dikemudian hari terdapat perbedaan, maka saya sepenuhnya siap bertanggung jawab. Atas perhatian dan kerjasamanya saya sampaikan terimakasih. Jakarta, 20 April 2015 Hormat saya,

Senin, 28 September 2015

SOP PEMASANGAN IUD

SOP PEMASANGAN IUD

Komunikasi
Persiapan alat
Alat-alat pemasangan IUD
Sonde uterus
Tenakulum
Tampontang
Gunting panjang
Kom kecil steril tempat betadine
Dug steril
2 spekulum
2 pasang handscoon steril
Bengkok
IUD ( copper T,lippes loop,multi load )
Lampu sorot
Tempat tisu dan tisu 8 helai
Tensimeter,termometer,timbangan
Tempat sampah infeksius dan non infeksius
Tempat alat-alat kotor
Tempat air klorin alat
Persiapan Lingkungan
Jendela dan pintu ditutup
Persiapan Pasien
Jelaskan pada pasien tujuan dan tindakan yang akan diberikan
Pasien dalam keadaan tidur/ berbaring.

Langkah-langkah
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan tindakan
Mendekatkan alat-alat
Pasang sampiran
Cuci tangan
Timbang berat badan klien
Ukur tekanan darah
Lakukan pemeriksaan payudara
Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri,tumor atau kelainan lainya.
Cuci tangan
Pasang sarung tangan steril
Pasang dug steril
Posisikan klien dalam posisi litotomi
Lakukan vulva hygiene
Periksa genetalia eksternal
Periksa dalam
Masukan lengan IUD copper T didalam kemasan steril dengan tehnik ‘tanpa sentuh’
Cuci tangan dengan air klorin 0,5% dan lepaskan dalam posisi terbalik
Lakukan pemeriksaan speculum
Pakai handscoon yang baru
Usap vagina dan serviks dengan menggunakan antiseptik
Jepit serviks menggunakan tenakulum
Masukan sonde uterus dengan no touch technique “(tidak sentuh)”
Tentukan posisi uterus dan kedalaman rongga uterus/kavum uteri
Keluarkan sonde dan ukur kedalaman rongga uterus  pada tabung inserter yang masih berada didalam kemasan sterilnya dengan mengeser leher biru pada tabung inserter.
Buka seluruh plastik penutup kemasan
Keluarkan inserter dari tempat kemasaan
Masukan tabung inserter secara hati-hati kedalam kavum uteri
Lepaskan lengan IUD dengan menggunakan tehnik menarik (with drawal).tarik keluar pendorong
Setelah lenggan IUD,dorong perlahan-lahan tabung inserter kedalam kavum uteri sampai leher biru menyetuh serviks.
tarik keluar sebagian tabung inserter
Potong benang.  IUD kira-kira 3-4cm panjangnya
Keluarkan tabung inserter
Lepaskan dan keluarkan tenakulum dengan hati-hati
Periksa serviks
Keluarkan speculum dengan hati-hati
. Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi
Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dengan larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Cuci tangan dengan larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan sarung tangan dalam posisi terbalik
Lengkapi rekam medik
Ajari klien cara memeriksa sendiri benang IUD
Minta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan
Yakinkan bahwa klien dapat datang ke klinik setiap saat bila
Melakukan konsultasi.




















Standar Operasional Prosedur
Prosedur Pemasangan IUDTetap

Rumah bersalim
Mitra Ria Husada
No Dokumen
22/ BC/ 07
No. Revisi
-
Halaman
1

Prosedur tetap
Tanggal terbit
29 oktober
Ditetapkan



Pengertian
Memasukkan selang karet/ plastik melalui Uretra melaui kandung kemih

Tujuan
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dan uterus.
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

Kebijakan
Sebagai acuan untuk mencegah sperma dan ovum bertemu,walaupun AKDR membuat sperma sulit untuk masuk kedalam alat reproduksi prempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

Petugas
Dokter
Bidan

Prosedur
Pemasangan IUD dapat dipakai oleh semua prempuan usia reproduksi,pemasangan dilakukan setelah pasien di berikan informed consent.

Setelah melakukan pemasangan dokter/ bidan memeberikan komseling..

Unit yang terkait
Dokter
Bidan









Daftar tilik pemasangan IUD
Tanggal
Topik
Pelaksanaan
Frekuensi



Ya
Tidak
1.
2.
3.
4.



L
TL



































Alat dan bahan:
-sonde uterus
-tenakulum
-tampontang
-gunting panjang
-kom  kecil steril
  Berisi betadine
-dug steril
-2 spekulum
-2 pasang handscoon steril
-bengkok
-IUD(copper T)
-lampu sorot
-tempat tisu dan tisu 8 helai
-tensimeter,
Termometer,timbangan
-tempat sampah infeksius dan non infeksius
-tempat ala-alat kotor
-tempat air klorin alat








Kebudayaan Dayak

Dayak Seberuang adalah sekelompok masyarakat Dayak yang bermukim di sepanjang Sungai Seberuang bagian hulu dan juga di jalan provinsi lintas selatan yang menghubungkan Kecamatan Semitau dengan Ibukota Kapuas Hulu. Secara geografis pemukiman kelompok ini membaur dengan kelompok Dayak Suaid dan juga Kantu’. Oleh karena itu, sulit membedakan batas geografis penyebaran subsuku ini.Dayak Seberuang menurut catatan J. U. Lontaan (1975:61) merupakan salah satu dari 61 kekeluargaan dalam kelompok Dayak Ot Danum. Klasifikasi ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, menurut peneliti tidak tepat karena jika ditinjau dari sudut linguistik dan sejarah migrasi, kelompok ini merupakan kelompok yang berbeda. Seberuang merupakan nama sungai yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu. Ketika masih di Kapuas Hulu, orang Seberuang berkampung di Beluis, Ranyai, Sayur, Sebalang, Sungai Antu, dan Bekuan. Cerita tentang asal-usul orang Seberuang yang dituturkan adalah mereka berasal dari Lendau Mungguk Ara. Di sana mereka terkena wabah penyakit sehingga mereka pindah ke Tampun Juah. Namun, di Tampun Juah pun mereka mendapat cobaan dari orang Kana Maen. Orang Kana Maen membuat bana tai ile sehingga di mana-mana ada tahi. Mereka tidak tahan dan pindah ke Nanga Senentang yang sekarang adalah Sintang. Mereka pindah ke Sintang dengan membawa pusaka Tedung Kepung, Bujang Tanjung, dan Segintar Alam. Ketiga pusaka itu disebut dengan Meriam Pejanji. Dari Sintang, dengan dipimpin Tuak Laja mereka pindah ke Tembawang Beruang. Sekarang, tembawang itu masih ada, yaitu berupa sebuah bukit. Tiga anak Tuak Laja itu adalah Temenggung Cukah, Temenggung Caling, dan Temenggung Merebai. Yang menurunkan orang Seberuang di Mensiap Tanjung itu adalah keturunan Temenggung Cukah. Temenggung Cukah beranakkan Andau, Andau beranakkan Lansi. Lansi beranakkan Raja Nangga. Raja Nangga inilah yang membuka Mensiap Tanjung. Sebelum Raja Nangga, ada orang Cina, yaitu Bun Siap. Cina itu dibunuh, sehingga nama kampung kami ini disebut Kampung Siap. Dari Raja Nangga ini menurunkan Selung. Selung beranakkan Bumbung. Bumbung beranakkan Nanggung. Nanggung beranakkan Demang Ria. Demang Ria beranakkan Demang Julung. Demang Julung beranakkan Mangai. Lalu, Mangai beranakkan Enau. Temenggung Merebai mudik Sungai Tempunak. Sementara itu, Temenggung Caling menurunkan orang-orang yang ada di sebelah kanan Sungai Kapuas. Di Kabupaten Sintang ini, orang Seberuang ada di Kecamatan Sepauk, yaitu di Desa Sekubang yang kampungnya adalah Taja, Bangun, Pemunsit, dan Lebong Beruang. Di Desa Nanga Pari kampungnya adalah Sungai Lepat, Ngalang, Geruda, Silit, Sungai Segak, Pampuk Puai, dan Pari. Di Desa Lengkenat ada Kampung Gernis Jaya/Gerantung, Paoh Benoa. Di Desa Temiang Kapuas kampungnya adalah Temiang, Mirah Air, Sukai Hilir, Sukau Hulu, dan Sungai Adau. Di Desa Ensabang kampungnya adalah Ensabang, Sungai Jaung, Sungai Tamang, Tanah Kaya, dan Pringanyang. Di Kecamatan Tempunak, orang Seberuang tinggal di Desa Balai Harapan yang kampungnya adalah Balai Harapan atau dulu disebut Balai Gana. Di Desa Benua Kencara kampungnya adalah Lebuk Hulu, Lebuk Hilir, Lanjau Mulas, Benua Kencana, Jungkang, Ansak. Di Desa Gurung Mali kampungnya adalah Tumbak, Arai, Serpang, Sungai Belatuk, Sungai Buaya, Sungai Buluh, Penyarak, dan Nanga Jengkuat. Di Desa Mensiap Baru yang dulu disebut Mensiap Hulu kampungnya adalah Mensiap Hilir dan Mensiap Hulu. Di Desa Merti Jaya kampungnya adalah Pekulai Hilir, Pekulai Hulu, Mansik, dan Remiang. Di Desa Nanga Tempunak kampungnya adalah Lebah Satu dan Empat Dua. Di Desa Tanjung Perada kampungnya adalah Mensiap Tanjung, Kantuk Hulu, dan Peninjau. Di Desa Palau Jaya kampungnya adalah Melimbok, Janang, Palau Mandong, dan Kempas. Sementara itu, di Desa Kuala Tiga kampungnya hanya satu, yaitu Kasol. Ada berbagai macam adat pada orang Seberuang, antara lain adalah adat kelahiran yang terdiri dari adat ngeruai, maek mandek, dan gawai ngunting. Adat pernikahan yang terdiri dari adat minang, nikah, matah ricik, dan [[milang pekain]]. Adat ampang yang terdiri dari ampang mali dan ampang sida. Adat buma yang terdiri dari manggul, manggal, basuk arang, dan nyengkelan batu/nyelapat taun. Adat pati terdiri dari pati bakas dan pati induk. Selain itu, ada juga adat tolak bala dan muja tanah. Gawai orang Seberuang dilaksanakan setahun sekali terdiri dari tiga gawai,yaitu gawai memberkat dunia/alam lingkungan, memberkati manusia, dan gawai padi. Dalam pelaksanaan ketiga gawai itu, ada ritual yang dilaksanakan di pentik yang ada di hutan dekat tempat tinggal mereka. Jaraknya kurang lebih 300 meter dari perkampungan. Gawai adat tolak bala dilaksanakan setiap pertengahan tahun. Ratah ‘sesaji’ yang disediakan adalah babi sikuk, manuk sikuk selawang, tuak setajau, pului sebangkang, dan nasi padi. Bahasa Seberuang tidaklah jauh berbeda dengan bahasa subsuku Dayak lainnya seperti bahasa Desa atau bahasa yang dituturkan di sepanjang Sungai Ketungau. Cara pengucapannya saja yang kedengarannya lain. Bahasa Seberuang diucapkan dengan relatif lembut. Jumlah orang Seberuang diperkirakan kurang lebih 7.374 jiwa (data statistik kecamatan dan data desa tahun 1998). Untuk mencapai daerah pemukiman mereka ini, kita bisa melalui jalur air ataupun jalur darat. Kalau kita memudiki Sungai Tempunak, maka akan memerlukan waktu sekitar dua hari untuk mencapai Kampung Lebuk Lantang sebagai kampung yang terakhir. Sedangkan jika kita mempergunakan jalan darat, maka akan memerlukan waktu sekitar empat jam dengan jarak sekitar 112 kilometer. Jalan itu merupakan jalan yang dibangun karena adanya perkebunan sawit milik Lyman Agro Group. Dari pertengahan sampai ke perkampungan mereka kita meniti bekas jalan logging PT. Barito Pacific Timber yang sudah lama tidak pernah di rawat. Tradisi lisan yang mereka miliki berupa beberapa dongeng tetapi hanya generasi tua yang masih mengetahuinya. Generasi mudanya hampir tidak mengenal lagi akan tradisi lisan mereka ini. Selain itu tradisi lisan yang masih hidup adalah berupa seni suara yang di sebut jali dan duda, yang biasa sering dikumandangkan sewaktu ada pesta ataupun di saat minum-minum tuak. Referensi Alloy, Surjani, dkk.,MOZAIK DAYAK: Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat, Institut Dayakologi, Pontianak, 2008.

Kamis, 24 September 2015

Polisi ONLINE

cara melaporkan penipuan online ke polisi Jika dalam bola online terdapat sebuah penipuan, tentu saja kalian harus melaporkan kepada pihak yang berwajib. Tapi bagaimana jika penipuan itu terjadi dalam jual beli online? Mari kita simak beritanya berikut ini. Kasus penipuan yang paling sering dengan modus belanja online mamang sekarang ini sedang marak terjadi, terutama di awal tahun 2013. Pihak kepolisian juga sudah memperingatkan kepada masyarakat agar segera melaporkan jika memang menjadi korban penipuan, atau jika menemukan situs jual beli yang memang dimaksudkan untuk melakukan penipuan. “Bagi para korban yang memang tertipu, harap segera melaporkan ke Polisi, kami juga sudah menyiapkan email pengaduan yaitu di cybercrime@polri.co.id,” terang Kasusbag Humas Polres Jaksel, Kompol Aswin. Aswin sendiri mengatakan bahwa para pelapor ataupun korban diminta juga untuk menyertakan nomor rekening si penipu dan juga nomor telepon si penipu agar keberadaannya mudah untuk dilacak. cara manual  melaporkan ke polisi : Satu-satunya cara yang saat ini dianggap paling efektif adalah dengan BLOKIR REKENING Penipu. Apabila anda tertipu, dan sudah yakin tertipu (pastikan benar-benar sudah terbukti bahwa anda tertipu), lakukan hal berikut untuk proses blokir rekening. 1. Pergi ke kantor Polisi, minta buat surat BAP laporan korban penipuan. Juga minta SKCK. 2. Pergi Bank rekening penipu (misal BCA, Mandiri atau lainnya), Ke Costumer Service untuk minta pemblokiran, dengan membawa dokumen berikut: - surat BAP laporan penipuan dari polisi. - Print Out transaksi pada situs atau forum jual beli tersebut (beserta bukti-bukti lain) -  SKCK (biasanya diminta) -  Kartu Keluarga Asli -  Bawa materai untuk formulir laporan dsb (bawa 3 lembar materai 6.000) -  TS bawa Pengacara (kalau perlu) Nah setelah proses blokir rekening dikabulkan,Penipu tidak akan bisa menarik uang dari rekening tersebut ataupun lain-lainnya kecuali ada pencabutan blokir rekening dari Anda. Jika blokir rekening tidak membuat jera Penipu, bawa kasus nya ke Pengadilan (penjara)
Sumber: G+ - +Rinal Purba

Selasa, 22 September 2015

HERNIA


Salam Damai





A. Pengertian dan Penyebab

1. Pengertian
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang normal malalui sebuah defek konsenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000 : 216).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253).
Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio inguinalis). (Oswari, 2000 : 216)
2. Penyebab
Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah hermia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka. Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya.
Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari. 2000 : 217).

B. Patofisiologi/Pathways
Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan atau ruang luas pada ugamen inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cidera traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan mengalami hernia.
Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada pria dari pada wankita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum.
Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen diarea kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital.
Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkar serata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
Hernia embilikalis, hernia imbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara (Ester, 2002 : 53)
Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup (Nettina, 2001 : 253)
Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus) memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena kekurangan supali darah (Ester, 2002 : 55).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di dalam fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long. 1996 : 246).

C. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
1. Manifestasi klinis
a. Tampak benjolan di lipat paha.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual.
c. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
f. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
(Oswari, 2000 : 218)

2. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit.
( sumber ………)

D. PENGKAJIAN FOKUS
Aktivitas/istirahat
Gejala : - Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi dan waktu lama
- membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur
- Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
- Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan
Eliminasi
Gejala : konstipasi dan adanya inkartinensia/retensi urine
Integritas Ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga
Neurosensori
Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri
Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.
(Doenges, 1999 : 320-321)
Post Operasi
Status Pernapasan
- Frekuensi, irama dan ke dalaman
- Bunyi napas
- Efektifitas upaya batuk
Status Nutrisi
- Status bising usus, mual, muntah
Status Eliminasi
- Distensi abdomen pola BAK/BAB
Kenyamanan
- Tempat pembedahan, jalur invasif, nyeri, flatus
Kondisi Luka
- Keadaan/kebersihan balutan
- Tanda-tanda peradangan
- drainage
Aktifitas
- Tingkat kemandirian dan respon terhadap aktivitas

E. Fokus IntervensiI
1. Medis
a. Hernia yang terstrangulasi atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang. Suatu penokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang. Penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk. Bantalan ditempatkan di atas hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan ditempatnya untuk mencegah hernia dan kekambuhan. Klien harus secara cermat memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan (Long, 1996 : 246)
b. Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas area yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perintal, kantung hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Hernia diregion inguinal biasanya diperbaikan hernia saat ini dilakukan sebagai prosedur rawat jalan. (Ester, 2002 : 54).

2. Keperawatan
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah
Intervensi :
1). Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan faktor pemberat/penghilang
2). Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai.
3). Pantau tanda-tanda vital
4). Kaji insisi bedah, perhatikan edema ; perubahan konter luka (pembentukan hematoma) atau inflamasi mengeringnya tepi luka.
5). Berikan tindakan kenyamanan, misal gosokan punggung, pembebatan insisi selama perubahan posisi dan latihan batuk/bernapas, lingkungan tenang.
6). Berikan analgesik sesuai terapi
Rasional :
a. Nyeri insisi bermakna pada pasca operasi awal, diperberat oleh pergerakan, batuk, distensi abdomen, mual.
b. Intervensi diri pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot/jaringan dengan menurunkan tegangan otot dan memperbaiki sirkulasi
c. Respon autonemik meliputi perubahan pada TD, nadi dan pernapasan yang berhubungan dengan keluhan/penghilang nyeri. Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut.
d. Perdarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat menyebabkan peningkatan nyeri insisi.
e. Memberikan dukungan relaksasi, memfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan koping.
f. Mengontrol/mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan meningkatkan kerjasama dengan aturan terapeutik
2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan hemoragi
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan nadi, perubahan TD postural, takipnea, dan ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan sering selama 24 jam terhadap tanda-tanda darah merah terang atau bengkak insisi berlebihan
b. Palpasi nadi perifer. Evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit, dan status membran mukosa.
c. Perhatikan adanya edema
d. Pantau masukan dan haluaran (mencakup semua sumber : misal emesis, selang, diare), perhatikan haluaran urine
e. Pantau suhu
f. Tinjau ulang penyebab pembedahan dan kemungkinan efek samping pada keseimbangan cairan.
g. Berikan cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi.

Rasional :
a. Tanda-tanda awal hemorasi usus dan/ atau pembentukan hematoma yang dapat menyebabkan syok hipovotemik
b. Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat dehidrasi
c. Edema dapat terjadi karena pemindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar albumen serum/protein.
d. Indikator langsung dari hidrasi/perjusi organ dan fungsi. Memberikan pedoman untuk penggantian cairan
e. Demam rendah umum terjadi selama 24 – 48 jam pertama dan dapat menambah kehilangan cairan
f. Mengeksaserbasi cairan dan kehilangan elektrolit
g. Mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer
Intervensi :
a. Pantau tnda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.
b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
c. Observasi terhadap tanda/gejala peritonitas, misal : demam, peningkatan nyeri, distensi abdomen
d. Pertahankan perawatan luka aseptik, pertahankan balutan kering
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Antibiotik, misal : cefazdine (Ancel)
Rasional :
a. Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah karakteristik infeksi.
b. Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
c. Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan elektif, peritonitas dapat terjadi bila susu terganggu. Misal : ruptur pra operasi, kebocoran anastromosis (pasca operasi) atau bila pembedahan adalah darurat/akibat dari luka kecelakaan
d. Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah sebagai sumbu retrogad, menyerap kontaminasi eksternal.
e. Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.
4. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna/makan-makanan
Intervensi :
a. Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna/makan makanan, misal : status puasa, mual, ikusperistaltik setelah selang dilepaskan
b. Aukultasi bising usus palpasi abdomen. Catat pasase flatus.
c. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein dan vitamin C
d. Berikan cairan IU, misal : albumin. Lipid, elektrolit

Rasional :
a. Mempengaruhi pilihan intervensi
b. Menentukan kembalinya peristaltik (biasanya dalam 2 – 4 hari)
c. Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan diet, protein/vitamin C adalah kontributor utama untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi adalah faktor dalam menurunkan pertahanan terhadap infeksi
d. Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Inflamasi usus, erosi mukosa, infeksi.
5. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Intervensi :
a. Awasi respon fisiologis, misal : takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi kesemutan.
b. Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.
c. Berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan, misal : sensasi yang diharapkan, prosedur biasa
d. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien, berespon terhadap tanda panggilan dengan cepat. Gunakan sentuhan dan kontak mata dengan cepat
e. Tunjukkan teknik relaksasi, contoh : visualisasi, latihan napas dalam, bimbingan imajinasi
f. Berikan obat sesuai dengan indikasi, misal : Diazepam (valium), klurazepat (Tranxene), alprazolan (Xanax)
Rasional :
a. Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik/status syok
b. Membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan kesempatan untuk memperjelas kesalahan konsep
c. Melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas yang tak perlu tentang ketidaktahuan.
d. Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.
e. Belajar cara untuk rileks dapat menurunkan takut dan ansietas
f. Sedatif/transquilizer dapat digunakan kadang-kadang untuk menurunkan ensietas dan meningkatkan istirahat, khususnya pada pasien ulkus.
6. Pola pernapasan tak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
Intervensi :
a. Kaji frekuensi ke dalaman pernapasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernapasan, termasuk penggunaan otot bantu/pelebaran masal
b. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius, seperti : krekels, mengi, gesekan plurtal
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan ambuasi sesegera mungkin
d. Bantu pasien mengatasi takut/ansietas (rujuk DK : ketakutan/ansietas)
e. Berikan oksigen tambahan
Rasional :
a. Kecepatan biasanya meningkat. Dipsnea dan terjadi peningkatan kerja napas (pada awal atau hanya tanda EP sub akut). Ke dalaman pernapasan bervariasi tergantung derajat gagal napas
b. Bunyi napas menurun/tak ada bila jalan napas obstruktif sekunder terhadap perdarahan, bekuan atau kolaps jalan napas kecil (atelektasis).
c. Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeola sehingga memperbaiki difusi gas
d. Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan ketidakmampuan bernapas/terjadinya hipoksemia dan dapat secara aktual meningkatkan konsumsi oksigen/kebutuhan
e. Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas.
7. Intelorensi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Intervensi :
a. Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tentang : batasi pengunjung sesuai keperluan
b. Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik
c. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentan, gerak sendi pasif/aktif
d. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, contoh : relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi. Berikan aktivitas hiburan yang tepat, contoh : menonton TV, radio, membaca
e. Berikan obat sesuai indikasi : sedatif, agen antiansietas. Contoh : cliazepam (valium), lorazepam (Ativan)
Rasional :
a. Meningkatkan istirahat dan ketenagan : menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan
b. Meningkatkan tinggi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada urea tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan
c. Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat
d. Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping.
e. Membantu dalam manajemen kebutuhan tidur.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC. Jakarta
Ester, M., 2001, Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Jakarta
Long, B.C. 1999, Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan padjajaran Bandung
Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan, EGC. Jakarta
Oswari, E. 2000, Bedah dan Perawatannya, FKUI. Jakarta

NEUROSA OBSESIF-KOMPULSIF


NEUROSA OBSESIF – KOMPULSIF

1.      Pendahuluan

Ingin selalu memiliki hal-hal yang disenangi atau disayangi sesuatu yang normal. Tetapi jika keinginan itu sudah menjadi obsesi yang mengubah kepribadian, kita harus waspada dan lebih berhati-hati. Banyak orang yang menjadi tidak sadar bahwa dirinya telah mengalami Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Karena memang sangat tipis perbedaannya dengan obsesi yang sesungguhnya.

Gangguan obsesif-kompulsif adalah suatu contoh dan efek positif dimana penelitian modern telah menemukan gangguan didalam waktu singkat. Pada awal tahun 1980 an, gangguan obsesif-kompulsif dianggap sebagai gangguan yang jarang dan berespon buruk terhadap terapi. Sekarang diketahui bahwa gangguan obsesif-kompulsif sering ditemukan dan sangat responsif terhadap terapi.

2.      Definisi

Penyakit Obsesif-Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi.
Obsesi adalah gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan mengganggu, yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan.
Kompulsi adalah desakan atau paksaan untuk melakukan sesuatu yang akan meringankan rasa tidak nyaman akibat obsesi. Penyaki obsesif-kompulsif berbeda dengan kelainan kepribadian obsesif-kompulsif. Penyakit ini terjadi pada 2,3% dewasa.
Obsesi adalah pikiran, perasaan, ide atau sensasi yang mengganggu (intrusif). Kompulsif adalah pikiran atau perilaku yang disadari dibakukan dan rekuren.

Gangguan obsesi kompulsi dapat merupakan gangguan yang menyebabkan ketidak berdayaan karena dapat menghabiskan waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktifitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.

 

Adapun sifat-sifat obsesi kompulsi ialah :

1. Dorongan pikiran-pikiran tersebut mendesak diri ke alam sadar terus menerus.

2. Pasien menderita kecemasan dengan sukar untuk melawannya.

3. Tidak diingini oleh pasien.

4. Pikiran itu dirasakan tidak rasional tapi tetap dalam kesadarannya.

5. Pasien cenderung untuk secara kuat melawannya.

Menurut Kamus Lengkap Psikologi J.P Chaplin (2001), pengertian obsessive-compulsive neorosis yaitu :

suatu psiko-neurosa dengan ciri khas adanya ide (obsesi) yang tegar melekat dan sering tidak dikehendaki, serta impuls untuk melakukan kompulsi, atau perbuatan yang tidak rasional, stereotypis, dan ritualistis. Diyakini bahwa pola tingkah laku yang obsesi dan kompulsif itu merupakan usaha untuk mengatasi rasa takut atau untuk meredakan atau menghilangkan perasaan bersalah.

Dalam Pedoman Penggolongan dan Gangguan Jiwa (PPDGJ) edisi ke III, gangguan obsesif-kompulsif digolongkan dalam gangguan neurotik dengan kode F.42. Sedangkan dalam “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders” edisi keempat (DSM-IV) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA), gangguan obsesif kompulsif digolongkan ke dalam kelompok gangguan kecemasan. Namun, sejumlah penelitian menyebutkan bahwa gangguan obsesif kompulsif bertumpang tindih dengan depresi. Artinya, gangguan obsesif kompulsif berkaitan dengan perasaan negatif yang kuat, meliputi kecemasan dan juga kemurungan. Perasaan seperti rasa bersalah, rasa tidak berdaya, dan ketakutan irasional hampir selalu menyertai gangguan ini. Jadi, gangguan akan makin sulit diatasi bila perasaan yang menyertainya makin mengkristal.

 

Penyandang gangguan obsesif kompulsif sangat tersiksa oleh pikiran-pikiran yang terus menerus memaksanya melakukan tindakan tertentu secara berulang tanpa ia kehendaki. Pikiran yang terus berulang dan sulit ditepis ini yang disebut sebagal obsesi. Bila pikiran ini sudah diwujudkan dalam bentuk tindakan berulang –yang sebenarnya tidak perlu, tidakan inilah yang disebut kompulsi. Penderita biasanya menyadari bahwa tindakannya berlebihan dan menghambat aktivitas sehari-hari. Namun, kesadaran penderita akan ketidakefektivan perilakunya tak secara otomatis membuatnya mampu melepaskan diri dari tindakan-tindakan aneh ini. Ada kalanya usaha yang keras menghindarkan gangguan pikiran seperti ini justru mengakibatkan penderita makin terjebak dalam ritual yang mungkin lebih parah lagi.

Beberapa gangguan di otak, seperti misalnya infeksi, cedera, dan tumor otak dapat turut menyumbang terjadinya gangguan obsesif kompulsif. Selain itu, faktor genetik juga diduga memberi sumbangan sekitar 30 persen pada jumlah penderita gangguan ini. Faktor psikologis yang bisa menyebabkan ganguan obsesi kompulsif ini yaitu kecemasan yang sangat ekstrem dan traumatik sehingga menimbulkan obsesi yang berlanjut pada perilaku kompulsi.

Diperkirakan penderita gangguan obsesif kompulsif dialami oleh 2-3 persen dari populasi di seluruh dunia. Mereka yang hidup terpisah dari pasangannya, janda atau duda, dan penganggur mempunyai risiko lebih besar menderita gangguan ini. Gangguan obsesif kompulsif sering terpicu kemunculannya oleh peristiwa yang menimbulkan stres cukup besar bagi penderita, seperti misalnya terjadinya kehamilan, kematian kerabat dekat, dan sebagainya. Karena itu beberapa penderita mampu secara jelas mengisahkan sejak kapan mereka mulai melakukan perilaku ritual yang tidak menyenangkan ini.

Gangguan obsesif kompulsif biasanya telah menampakkan gejalanya pada saat penderita menginjak usia remaja atau dewasa awal. Meski demikian beberapa orang telah memunculkan gejalanya sejak usia kanak-kanak.

 

 

3.      Epidemiologi

Insidennya lebih kecil yaitu 5 % dari kasus neurosa. Insiden pada pria dan wanita adalah sama. Onset biasanya pada masa kanak-kanak atau dewasa muda yakni sekitar usia 25 tahun dan hanya 5 % onset pada usia 40 tahun ke atas. Sedangkan yang agak menarik adalah bahwa kaadaan ini banyak pada individu yang belum kawin yaitu sekitar 50 % dari kasus. Bila ditinjau dari segi sosio-ekonomi maka penderita ini banyak terdapat pada kelas ekonomi atas dengan Intellegensia yang tinggi.

4.      Etiologi

Penelitian terakhir memperkirakan bahwa gangguan obsesi dan kompulsi melibatkan masalah dalam komunikasi antara bagian depan batang otak (orbital cortex) dan struktur otak yang paling dalam (basal ganglia), struktur otak menggunakan hormon serotonin (hormon pengantar pesan). Diperkirakan tingkatan hormon serotonin ini tidak mencukupi dan terlihat menonjol dalam kasus gangguan obsesi dan kompulsi ini.

Janet (1903) mengatakan bahwa penyakit ini terjadi karena pengurangan energi mental yang patologis akibat terjadinya desintegrasi fungsi mental dalam fungsi mental yang lebih tinggi yaitu kehendak dan perhatian yang mengatur pikiran dan perbuatan. Bila fungsi mental yang lebih tinggi mengalami gangguan maka akan bekerja fungsi mental yang lebih rendah secara menonjol yang akan lebih berkuasa terutama emosi dan memori dan lepas dari kontrolnya.

Menurut teori psikoanalitik Dr. Frend dengan konsep Uncon Scious serta konflik intra-psikis. Ada tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang menentukan bentuk dan kualitas gejala-gejala sifat karakter obsesi dan konfulsi yaitu : isolasi, undoing dan reaksi formasi. Pada teori psikoanalisis klasik, gangguan obsesif-kompulsif dan merupakan suatu regresi dari fase perkembangan kepribadiannya terutama dalam fase anal-sadistik. Dianggap bahwa regresi merupakan mekanisme sentral dalam pembentukan gangguan obsesif-kompulsif ini.

 

Akibat dari regresi ini terjadi pula perubahan kualitas energi psikis berupa :

                                 1.         Ambivalence : pada obsesi kompulsif secara sadar, sayang dan benci selalu datang bersamaan.

                                 2.         Magical think : disini pasien lebih dikuasai oleh pikiran dan kejadian diluar dirinya. Hal ini diduga oleh karena pengaruh regresi.

                                 3.         Perubahan super ego disini pasien sangat mawas diri, sangat kritis sehingga ia menjadi cemas dengan apa yang dibuatnya, akibat terjadi ritual dan kompulsif sebagai suatu kontrol pencegahan. Gejala mulai dari tingkat yang enteng sampai yang berat.

Teori proses belajar (learning theory). Menurut teori ini, obsesif

adalah sebagai akibat conditioned stimulus yang disebabkan oleh anxiety. Dengan demikian terdapat tingkah laku yang dipelajari. Kelemahan teori ini adalah bahwa teori ini tidak dapat menerangkan mengapa ide-ide itu timbul terus.

5.        Gejala

           Obsesi yang umum bisa berupa kegelisahan mengenai pencemaran, keraguan, kehilangan dan penyerangan. Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang, dengan maksud tertentu dan disengaja.
Ritual dilakukan untuk mengendalikan suatu obsesi dan bisa berupa :

a.         mencuci atau membersihkan supaya terbebas dari pencemaran

b.        memeriksa untuk menghilangkan keraguan

c.         menimbun untuk mencegah kehilangan

d.        menghinidari orang yang mungkin menjadi obyek penyerangan.

 

 

Sebagian besar ritual bisa dilihat langsung, seperti mencuci tangan berulang-ulang atau memeriksa pintu berulang-ulang untuk memastikan bahwa pintu sudah dikunci. Ritual lainnya merupakan kegiatan batin, misalnya menghitung atau membuat pernyataan berulang untuk menghilangkan bahaya. Penderita bisa terobsesi oleh segala hal dan ritual yang dilakukan tidak selalu secara logis berhubungan dengan rasa tidak nyaman yang akan berkurang jika penderita menjalankan ritual tersebut.
Penderita yang merasa khawatir tentang pencemaran, rasa tidak nyamannya akan berkurang jika dia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Karena itu setiap obsesi tentang pencemaran timbul, maka dia akan berulang-ulang memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Sebagian besar penderita menyadari bahwa obsesinya tidak mencerminkan resiko yang nyata. Mereka menyadari bahwa perliku fisik dan mentalnya terlalu berlebihan bahkan cenderung aneh.
Penyakit obsesif-kompulsif berbeda dengan penyakit psikosa, karena pada psikosa penderitanya kehilangan kontak dengan kenyataan. Penderita merasa takut dipermalukan sehingga mereka melakukan ritualnya secara sembunyi-sembunyi. Sekitar sepertiga penderita mengalami depresi ketika penyakitnya terdiagnosis.


Simptom – simptom yang ditunjukan oleh penderita gangguan obsesi kompulsif, antara lain :

1.      adanya obsesi, yaitu ide – ide atau impuls yang berulang kali muncul dan menetap dalam pikiran yang biasanya tidak rasional. Misalnya tangan saya akan terkontaminasi penyakit maka saya harus mencucinya segera, atau saya mungkin tidak mengunci rumah dengan benar maka saya harus mengeceknya lagi. Biasanya obsesi ini akan diikuti oleh kompulsi untuk melakukan suatu perbuatan/perilaku. Dalam film itu Mr. Udall cemas dan takut jika tubuhnya kotor jika melakukan kontak dengan dunia di luar rumahnya.

2.        adanya kompulsi, yaitu perilaku akibat obsesi yang dilakukan berulang kali. Perilaku kompulsi yang sering ditemui adalah mencuci dan mengecek. Beberapa perilaku kompulsi lainnya dapat berupa mengulangi suatu perilaku, menghitung ulang, dan mengatur kembali suatu barang.

 

Kompulsi yang tampak dalam diri Mr. Udall, yaitu :

a.         menggunakan sarung tangan sekali pakai tiap keluar rumah

b.        mengunci pintu beberapa kali

c.         menyalakan lampu beberapa kali

d.        mencuci tangan dengan sabun lebih dari 2 kali

e.         selalu memilih jalan yang bersih

f.         tidak mau disentuh oleh orang lain

g.        membawa alat makannya sendiri yang sekali pakai, dan mengaturnya dalam posisi tertentu yang sama

h.        memiliki ritualitas jadwal kegiatan yang ketat, misalnya datang ke restoran pada jam yang sama, makanan yang sama, dan disajikan oleh pelayan yang sama.

Stressor atau kejadian yang membuat Mr. Udall mengalami gangguan obsesif kompulsif adalah pengalaman masa kecilnya dimana ayahnya tidak keluar kamar selama 11 tahun karena sebelumnya selalu memukul tangan Mr. Udall jika ia melakukan kesalahan dalam bermain piano. Pengalaman itu membuat Mr. Udall secara tidak sadar merasa sangat bersalah sehingga menjadi peristiwa traumatik dalam kehidupan Mr. Udall yang akhirnya menimbulkan perilaku obsesi-kompulsif.

Karakter Mr. Udall adalah pemarah, suka mencampuri urusan orang lain, kasar dalam berperilaku, berani mengganggu orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Ini tampak ketika kursi tempat ia biasa duduk digunakan oleh orang lain, Mr. Udall mengganggu orang tersebut sampai ia berhasil mendapatkan kursi itu. Karakter lainnya yaitu suka berprasangka dan menyindir orang lain dengan kata – kata yang pedas. Mr. Udall juga seorang pecemburu, iri hati terhadap orang lain karena merasa tidak pernah beruntung, dan sulit memuji atau menilai kebaikan orang lain.

 

 

 

6.      Gambaran Klinis

Simtom-simtom kliniknya terdiri dari gangguan pada psikis dan tingkah laku.

Sikap obsesif yang umum ditemui adalah :

a.       Ketakutan terinfeksi kuman atau kotoran

b.      Membayangkan menyakiti diri sendiri atau orang lain

c.       Membayangkan kehilangan kendali dan bertindak agresif

d.      Membayangkan hal-hal yang berhubungan dengan kekerasan seksual

e.       Ketakutan moral-moral relegius yang berlebihan

f.       Memiliki pikiran-pikiran terlarang/ tak lazim

g.      Keinginan agar segala sesuatunya pada tingkat amat sangat

h.      Keinginan untuk selalu bertanya, menjelaskan dan menegaskan sesuatu.

Kompulsif yang sering terjadi ialah mencuci tangan yang berlebihan, mandi, bersiram badan, menggosok gigi dan bersisir, upacara yang diulang, memeriksa pintu, kunci, oven, rem mobil, membersihkan pencemaran, menyentuh, menyusun dan mengatur benda, menghitung, menyusun dan mengumpulkan benda dan upaya untuk mencegah cedera terhadap diri sendiri atau orang lain.

7.      Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktifitas penderita.

 

 

 

Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal sebagai berikut :

a.       Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.

b.      Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.

c.       Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang memberi    kepuasan atau kesenangan sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas.

d.      Gagasan, bayangan pikiran atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).

Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi. Penderita gangguan obsesif kompulsif sering kali juga menunjukkan gejala depresif dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresinya.

Diagnosis gangguan obsesif konfulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari kedua tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.

Gejala obsesif “sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindroma Toerette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut.

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan penuturan penderita mengenai perilakunya.

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menyingkirkan penyebab fisik dan penilaian psikis dilakukan untuk menyingkirkan kelainan jiwa lainnya. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan wawancara berdasarkan kuosioner Skala Obsesif-Kompulsif Yale-Brown.

8.      Diagnosis Banding

Obsesif Kompulsif sebenarnya dapat sebagai simtpom saja pada beberapa gangguan, seperti pada : neurosa depresi, neurosa fobik, skizofrenia, lesi pada lobus temporalis, post encephalitis.

9.      Penatalaksanaan

a.       Psikoterapi

Menurut Harry Broswell, psikiater pada London Psychoterapy Association, penyimpangan ini bisa diobati dengan tatap muka dan membicarakan masalahnya dengan ahli. Pada tingkat tertentu, penderita akan diarahkan untuk mengerem ketakutannya hanya sebatas pikiran dan tak terwujud dalam tindakan yang berbahaya. Dengan kontak yang kontinu dan teratur dengan orang profesional yang tertarik simpatik dan mendorong pasien mungkin mampu untuk berfungsi berdasarkan bantuan tersebut.

Penelitian yang meneliti aktivitas otak yang dihubungkan dengan gangguan obsesif kompulsif telah menunjukkan bahwa baik obat-obatan dan terapi psikologis tanpa obat-obatan memiliki beberapa efek yang hampir sama pada batang otak orang-orang yang mengidap gangguan obsesif kompulsif. Namun efek-efek dari pengobatan bersifat menetap sedangkan efek obat-obatan cenderung menghilang ketika konsumsi obat-obatan dihentikan. Menurut beberapa psikiater, hal ini merupakan bukti yang cukup kuat bahwa psikologis atau pengobatan non obat dapat menyebabkan beberapa perubahan diotak yang dihubungkan dengan penghilangan gejala.(1)

b.      Terapi obat-obatan

Clomipramine merupakan obat standar untuk pengobatan gangguan obsesif kompulsif. Suatu obat trisiklik spesifik serotonin. Clomipramin dimulai dengan dosis 25 mg sampai 50 mg sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25 mg/ hari dua sampai tiga hari sampai dosis maksimal 250 mg/ hari.

SSRI (Spesifik Serotonin Re-Upteke Inhibitor) yaitu fluoxeetine, sertraline (zoloft) dan paroxetine (paxi). SSRI digunakan sebagai obat pilihan pertama pada gangguan obsesif kompulsif.

Terapi pemaparan merupakan sejenis terapi perilaku yang bisa membantu mengatasi penyakit ini. Penderita dihadapkan kepada situasi atau orang yang memicu timbulnya obsesi, ritual maupun rasa tidak nyaman. Rasa tidak nyaman atau kecemasan secara bertahap akan berkurang jika penderita mencegah dirinya melakukan ritual selama dihadapkan kepada rangsangan tersebut.
Dengan cara ini, penderita memahami bahwa untuk menghilangkan rasa tidak nyaman tidak perlu melakukan ritual. Obat-obatan yang efektif untuk mengatasi penyakit obsesif-kompulsif adalah klomipramin, fluoksetin dan fluvoksamin.
Psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan batin yang mungkin melatarbelakangi terjadinya penyakit ini. Biasanya kombinasi dari psikoterapi dan obat-obatan merupakan pengobatan yang terbaik bagi penyakit obsesif-kompulsif.

Beberapa treatmen yang diberikan pada penderita gangguan obsesif kompulsif, yaitu :

1.      Terapi obat, Jika kita melihat film tersebut, Mr. Udall harus minum beberapa pil       obat dalam jangka waktu tertentu. Obat – obatan yang biasanya digunakan yaitu flouxetine (ProzacR), fluvoxamine (LuvoxR), and paroxetine (PaxilR). Fungsi obat – obatan tersebut yaitu mengurangi frekuensi perilaku obsesi dan kompulsif dengan mempengaruhi hormon serotonin.

2.      Terapi perilaku, Dalam terapi ini sangat dibutuhkan kerjasama penderita dengan terapis dan kesabaran penderita itu sendiri. Pendekatan yang sering digunakan adalah exposure and response prevention, dalam pendekatan ini penderita dikonfrontasikan dengan kecemasannya kemudian ketika perilaku obsesif kompulsif itu muncul maka perilaku tersebut harus dicegah sampai beberapa jam kemudian hingga kecemasannya menurun.

Contohnya kebiasaan mencuci tangan setelah menyentuh berbagai benda, penderita disuruh memegang benda – benda kemudian ketika perilaku mencuci tangan itu akan muncul segera dicegah dengan mengikat tangannya atau menghalangi perilaku mencuci tangan sampai keiinginannya tersebut hilang.

3.      Terapi kognitif, yaitu dengan mengubah kepercayaan dan pola pikir penderita yang negatif berkaitan dengan kecemasannya. Melalui terapi ini dibangun pola pikir yang positip dalam diri penderita sehingga kecemasannya dapat dihilangkan.

Treatmen yang diberikan tidak semuanya efektif bagi penderita Gangguan Obsesif Kompulsif, ada yang cocok dengan terapi perilaku, namun ada juga yang hanya cocok dengan obat-obatan atau kedua – duanya sekaligus. Treatmen juga bisa diberikan secara bertahap misalnya dengan terapi obat dulu untuk mengendalikan simpton – simptonnya setelah itu baru dilanjutkan dengan pemberian terapi perilaku.

Sosial support dari keluarga sangat dibutuhkan juga dalam treatmen penderita gangguan obsesif kompulsive ini misalnya memberikan perhatian dan kesabaran dalam berhubungan dengannya, membantu memberikan arahan yang positip dan menolak berpartisipasi dalam perilaku obsesif kompulsif penderita tersebut. Dalam film ini terlihat bahwa hubungan atau relasi dengan orang lain yang dekat dapat mengubah atau mengurangi perilaku obsesi kompulsifnya.

 

 

 

 

 

 

 

10.  Kesimpulan

Dengan demikian, neurosis dianggap sebagai suatu penyakit mental yang belum begitu mengkhawatirkan, karena ia baru masuk dalam kategori gangguan-gangguan, baik diakibatkan oleh susunan syaraf maupunkelainan perilaku, sikap, dan aspek mental lainnya. Gangguan-gangguan tersebut bisa berubah mengkhawatirkan apabila penderitanya menganggap enteng dan tidak berusaha mencari terapinya. Ciri utama neurosis ditandai dengan; (1) wawasan yang tidak lengkap mengenai sifat-sifat dari kesukarannya; (2) konflik; (3) reaksi kecemasan; (4) kerusakan parsial atau sebagian dari kepribadiannya; (5) seringkali disertai fobia, gangguan pencernaan, dan tingkah laku obsesif-kompulsif. Bentuk-bentuk neurosis adalah hysteria, reaksi kecemasan, neurasthenia, obsesif-kompulsif, dan fobia.

 

Sedang psikosis adalah suatu penyakit mental yang parah, dengan ciri khas adanya disorganisasi proses pikiran, gangguan dalam emosionalitas, disorientasi waktu, ruang dan person, dan dalam beberapa kasus disertai halusinasi, delusi, dan ilusi. Halusinasi adalah tangkapan atau persepsi dari salah satu pancaindera yang keliru karena tanpa disertai rangsangan. Atau, pengalaman sensorik yang palsu. Misalnya, penderita mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada, sehingga penderita berbicara atau tertawa sendiri untuk merespons suara tersebut. Delusi adalah suatu perasaan kepercayaan atau keyakinan yang keliru, yang tidak dapat diubah dengan penalaran atau dengan jalan penyajian fakta. Misalnya, penderita menganggap dirinya kaya dengan memakai perhiasan di tubuhnya, tetapi sebenarnya ia miskin dan memakai perhiasan dari buahbuahan bukan dari emas permata. Ilusi adalah salah tafsiran dari tangkapan atau pengamatan pancaindera yang menyimpang. Misalnya, penderita melihat air di jalan raya padahal sesungguhnya tidak ada, sehingga ia main-main air di jalan tersebut. Bentuk-bentuk psikosis adalah manic depressive psychosis, paranoia, schizophrenia, paresis, dan alcoholic psychosis.

 

 

 

Sebagaimana yang dijelaskan pada perspektif timbulnya gangguan mental di atas, tak satupun dari uraiannya melihat aspek spiritual dan agama sebagai salah satu dari perspektif timbulnya psikopatologi pada diri seseorang. Disadari atau tidak, dalam perkembangan kehidupan manusia banyak ditemukan gangguan mental yang disebabkan oleh faktor-faktor spiritual dan agama, misalnya kecemasan dan keresahan yang terus menerus akibat perbuatan dosa dan maksiat, seperti keresahan orang yang melahirkan anak dari hasil perzinaan. Selama anak itu masih di hadapannya maka selama itu pula ia mengingat dosa yang diperbuat dan mengakibatkan keresahan. Hal itu tentunya hanya dapat dijelaskan melalui perspektif religius.

 

11.  Sumber

 

a)      www.Google.com: Mitos Tentang Gangguan Obsesif kompulsif.

b)     Kaplan HI, Sadock BJ. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika, 354 - 6.

c)      BS Syamsir, Yusuf S. 1993. Diklat Penuntun Kuliah Psikiatri. Paket II. Edisi II. Bagian Psikiatri FK-USU. Medan,  : 50 - 4.

d)     www.Google.com: Rubrik Keluarga. 6 April 2010 : 18.

e)      Muslim P. 1985. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III. Jakarta.

f)       Chaplin, J.P. 2001. Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

g)      Maslim, Rusdi, ed. 1995. Buku Saku PPDGJ III. Jakarta :
Obsessive-compulsive disorder,”

h)     http://www.psychologytoday.com